Luftwaffe

Menerjang Langit, Tak Peduli Hidup Atau Mati

Banyak orang mengganggap dengan memakai peralatan dan kamera yang canggih, maka hasil foto pasti baik. Tapi sayangnya, memakai peralatan canggih dan mahal belum tentu hasil baik. Kamera yang canggih dan mahal, tidak bisa membantu kita untuk mengkomposisi foto, dan juga tidak bisa membantu kita menemukan eksposur yang pas sesuai dengan kondisi di lapangan.

Ada seorang kartunis dan desainer yang bekerja di sebuah agensi iklan bernama Hugh MacLeod berpendapat bahwa alat-alat yang mewah dan berlebihan hanya berguna untuk menutupi kekurangan seorang seniman. Dia mencontohkan bahwa seorang pengarang terkenal hanya membutuhkan secarik kertas dan pensil untuk menghasilkan karya yang baik. Sedangkan penulis yang tidak begitu baik menutup-nutupi kekurangannya dengan menulis dengan laptop canggih. Menurutnya, peralatan-peralatan berlebihan yang tidak perlu tersebut malah merupakan suatu penghambat.

MacLeod ada benarnya, dengan peralatan terbatas, fotografer akan berusaha lebih keras dan belajar lebih banyak. Tapi apakah memang fotografer yang bertalenta itu hanya perlu kamera butut untuk menghasilkan karya yang baik?

Menurut pengalaman saya, kamera dan lensa yang baik, sangat dibutuhkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Contohnya dalam mengambil foto di tempat yang sangat gelap, kita memerlukan kamera yang memiliki ISO tinggi dan juga lensa yang bisa auto fokus dengan akurat. Tapi peralatan yang baik juga seringkali dapat membuat kita malas. Contohnya dengan adanya lensa sapu jagat seperti Sigma 18-250mm OS, orang-orang menjadi malas mencari sudut pandang / perspektif yang lebih menarik. Sebagian besar orang hanya akan berdiri ditempat dan mengunakan zoom untuk mengkomposisikan gambar.

Harus diakui bahwa alat yang mahal memang sangat membantu, tapi yang penting yaitu menyadari membuat karya seni indah tidak selalu perlu alat yang termahal. Bila memang peralatan kita belum mendukung,kita harus mengkompensasikannya dengan usaha yang ekstra keras dan waktu yang lebih panjang. Sebagai penutup, David DuChemin, seorang fotografer travel profesional, mengatakan “Gear is good, vision is better.”

Dikutip dari infofotografi.com


Banyak pemula sering bertanya, bagaimana membuat latar belakang menjadi blur saat foto potret? Sebenarnya caranya mudah, dan tidak kurang dari tiga langkah. Sebelumnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, karena kamera DSLR memiliki sensor besar dan Anda dapat menukarnya dengan lensa potret. Walaupun demikian, Anda bisa mencoba mengunakan kamera compact meski hasilnya kurang maksimal.

Langkah Pertama: Set zoom anda ke titik maksimal

Contoh, bila anda memiliki lensa 18-55m, maka set zoom lensa Anda ke 55mm. Bila Anda memiliki lensa telephoto zoom, seperti 55-250mm, ini lebih baik lagi. Pakai lensa ini dan set zoom lensa Anda ke 85mm sampai 135mm. Rentang fokal ini ideal untuk foto potret

Langkah Kedua: Posisikan model Anda sejauh mungkin dari latar belakang

Semakin jauh jarak antara latar belakang dengan model dibanding jarak model ke kamera, semakin blur latar belakang kamera.

Langkah Ketiga: Set bukaan / aperture lensa Anda sebesar mungkin

Semakin besar bukaan semakin blur latar belakangnya, bila Anda memiliki lensa 18-55mm f/3.5-5.6. Maka, set bukaan Anda ke f/5.6 (ini bukaan maksimal di rentang fokal 55mm.

Bila Anda kurang puas dengan hasil lensa 18-55mm, saya sarankan untuk membeli lensa 50mm f/1.8 atau 85mm f/1.8. Meski lensa tersebut tidak bisa zoom, tapi maksimal bukaan sangat besar, sehingga lebih cocok untuk foto potret.


Dikutip dari infofotografi.com

Biasanya, kesalahan fotografer pemula adalah salah memperhitungkan shutter speed (kecepatan rana) sehingga foto menjadi blur.

Ada dua faktor utama yang membuat foto menjadi blur

blur-foto-gambarPertama adalah setting kecepatan rana Anda terlalu lambat dibandingkan dengan rentang lensa (focal length) lensa Anda. Pada umumnya, supaya foto Anda tidak blur akibat getaran tangan kita, rumusnya adalah 1 / rentang fokal lensa. Contoh, bila Anda mengambil foto dalam rentang fokal 100mm, maka Anda memerlukan kecepatan rana 1/100.

Rumus ini berlaku bila Anda mengunakan kamera full frame sensor. Untuk kamera Digital SLR yang ada dipasar, sebagian besar mengunakan sensor yang lebih kecil. Sensor ini bervariasi antara kamera yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya Canon mengunakan 1.6X, Nikon, Sony, Pentax mengunakan 1.5X dan Olympus mengunakan 2X. Dengan adanya variasi tersebut, maka perhitungannya menjadi sedikit lebih rumit.

Kembali ke contoh awal dimana Anda memutuskan mengunakan rentang fokal 100mm di kamera Canon Rebel yang mengunakan 1.6X jadinya minimal Anda harus mengunakan 1/160 untuk mencegah blur. (Didapatkan dari 100mm X 1.6).

Mengapa semakin besar rentang fokalnya, Anda harus mengunakan kecepatan rana yang lebih cepat? hal ini dikarenakan semakin besar rentang fokal, maka semakin sensitif sensor dalam menangkap getaran.

Faktor kedua adalah benda yang Anda foto bergerak cepat, sehingga kecepatan rana pun harus mengikuti cepatnya gerak subjek foto tersebut. Contohnya, untuk membekukan gerakan pemain basket orang orang berlari, minimal Anda memerlukan 1/500. Untuk penari dan penyanyi, biasanya 1/200 cukup, dan untuk foto manusia yang tidak bergerak 1/60 biasanya cukup baik.

Joe Decker dari blog foto Photocrati mengenalkan faktor baru yaitu ukuran piksel sensor mempengaruhi blur. Katanya, kamera yang berukuran sensor sama, tapi resolusi gambar tinggi, memerlukan kecepatan rana yang lebih cepat karena ukuran piksel yang kecil lebih sensitif dalam mendeteksi getaran. Kalau teori ini benar, maka kamera yang berukuran 15 megapiksel akan lebih rawan blur daripad kamera yang berukuran 6 megapiksel.

Cara mencegah

Ada juga teknologi dalam kamera maupun lensa yang ditujukan untuk mencegah blur. Jenis teknologi ini terbagi atas dua kategori. Yang pertama dibuat dalam kamera, satunya lagi didalam lensa. Namanya pun bervariasi. Antara lain yaitu Image Stabilization (IS) atau Vibration Reduction (VR), Steady Shot (SS), Shake Reduction (SR) Mega OIS, Optical Stabilization (OS) and Vibration Compensation (VC). Semuanya berfungsi sama hanya istilahnya berbeda. Teknologi ini bisa membantu Anda tapi tidak bisa membantu secara total. Misalnya yang tadinya Anda harus mengunakan 1/200, tapi dengan bantuan teknologi ini, Anda bisa mengunakan 1/100 atau 1/60. Teknologi ini juga tidak bisa mencegah blur saat And amengambil foto orang atau benda yang bergerak cepat.

Hal lain yang bisa digunakan untuk mencegah blur antara lain yaitu teknik memegang kamera atau teknik pernafasan. Dengan menahan nafas saat mengambil gambar, dan memposisikan tubuh dengan rapat atau menyender di dinding, bisa membantu mengurangi getaran yang menghasilkan blur.

dikutip dari infofotografi.com